29 Desember 2007

SELAMAT JALAN REKAN JOKO ADIARTO

Setelah dirawat selama 1 bulan di rumah sakit karena penyakit jantung rekan JOKO ARDIANTO meninggal dunia pada hari Rabu Pahing 26 Desember 2007 (16 Zulhijah 1428 H), pukul 16.30 wib di RS Harapan Kita Jakarta. Jenazah dikebumikan di Pemakaman keluarga Bonoloyo Solo Jawa Tengah. 

Rekan Joko Adiarto lahir di Surakarta 11 Desember 1962, meninggalkan orang orang yang dicintainya ; Putri Annisa (Anak), Alvarizky Putra (Anak) dan Mia Dinari (Istri)

Almarhum merupakan alumni Fak Pertanian UGM, pernah bekerja di BANKJAYA dari tahun 1991 s/d 1999, memimpin produk development depArtemen. Hubungan sesama rekan kerja, semangat dan kerja kerasnya begitu baik. Ibadahnya Insya Allah juga baik. Selepas dari BankJaya ia memilih untuk berwirausaha, mendirikan usaha AC Global, biro konsultan ORBIT dan rumah makan RESTO 30 dibilangan Cilandak dan Bintaro.

Menghadapi kematian jadi teringat falsafah/budaya orang Jawa yakni “SEJATINE URIP KUWI MUNG MAMPIR NGOMBE BANYUNE PANGERAN TANPO MAHKUTO” artinya “Manusia hidup didunia itu hanya sebentar, sekedar minum air milik raja tanpa mahkota - maksudnya Allah SWT”. Hakekat dari falsafah ini adalah mengajak kita untuk manfaatkan waktu yang sebentar didunia ini untuk belajar, bekerja, berbuat baik dan menjalankan ibadah yang diperintahkan Allah SWT, karena masih ada kehidupan yang lebih kekal dan abadi setelah kehidupan dunia. 

Rekan Joko tutup usia pada umur 45 tahun, semoga segala amal kebaikan yang telah dilakukan dan ibadahnya selama hidup didunia dapat menjadi bekal untuk kehidupannya di alam yang lebih kekal. Amin Ya Robal Allamin. Selamat jalan Rekan DJOKO ADIARTO.

12 Oktober 2007

SELAMAT IDUL FITRI 1428 H



Sebulan kita berpuasa, berlatih sabar dan tabah menghadapi suatu keadaan yang banyak tidak kita sukai. Dengan hati ikhlas berserah diri kepada Allah untuk menjalankan perintahnya tanpa pernah mengenal putus asa.

Akhirnya.. Gema takbirpun berkumandang.. Gerak langkahpun kian bersahaja menapaki puncak kemenangan..



Kepada Orang Tuaku, Guruku, Sahabatku, Kolegaku dan Sanak Saudaraku .


Ijinkan kami dan keluarga mengucapkan ; Selamat Idul Fitri 1428 H, Mohon maaf lahir dan batin. Semoga Ramadhan tahun ini sanggup menghantarkan kita menjadi pribadi yang berhati bersih, berjiwa besar dan senantiasa semangat berjuang mencintai hidup ini dan kehidupan nanti kelak..



Salam Gandhi

30 September 2007

SOMBONG




Mengisi kegiatan berpuasa menarik juga membaca atau mendengarkan ceramah keagamaan. Sebuah email dikirim oleh sahabat yang bersumber dari www.motivasi.web.id bercerita mengenai Sombong. Setelah dibaca dan direnungkan.. rupanya SOMBONG memang penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih-benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Bayangkan betapa jeleknya wajah negeri ini jika sebagian besar warganya terjangkit penyakit sombong.
Simak artikelnya sebagai berikut ;
  1. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.
  2. Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.
  3. Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Pada tataran yang lumrah, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence). Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas.

Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu ego di satu kutub dan kesadaran sejati di lain kutub. Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan tetapi, seiring dengan waktu, kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak lagi.

Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala permasalahan.

Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju kesadaran sejati. Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua perubahan paradigma yang perlu kita lakukan.

Pertama, kita perlu menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah makhluk fisik, tetapi makhluk spiritual. Kesejatian kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir dengan tangan kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan tangan kosong. Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam kesetaraan universal. Kita tidak akan lagi terkelabui oleh penampilan, label, dan segala “tampak luar” lainnya. Yang kini kita lihat adalah “tampak dalam”. Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai kesombongan atau ilusi ego.

Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun perbuatan baik yang kita lakukan, semuanya itu semata-mata adalah juga demi diri kita sendiri. Kita memberikan sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri. Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita berikan kepada dunia tak akan pernah musnah. Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam. Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri. Kalau begitu, apa yang kita sombongkan?

25 September 2007

LIR-ILIR


Sabtu siang 22 September 2007 saya dan rekan Edi Baredi bersilaturahmi kerumah orang yang kami tuakan bernama Pak Parwoto yang tinggal di bilangan Tebet Barat Jakarta. Beliau seorang tentara pejuang berusia +/- 75 tahun yang sudah banyak merasakan pahit manisnya hidup, sejak jaman gerilya, kemerdekaan, orde lama, orde baru sampai dengan “orde sak karepe dewe” katanya.

Pribadinya sungguh menyenangkan, diusia lanjut beliau masih tetap semangat, penuh canda tawa, dan hidup harmonis bersama ibu Parwoto pasangan hidupnya.. Banyak ilmu yang bisa kita petik dari beliau khususya dari sisi spiritual dan budaya orang Jawa. Dalam obrolan beliau memberi kami sebuah tembang lagu Lir Ilir yang dinyayikan dengan sangat baik dan menyentuh dihati. Subhanallah..

Sebuah karya yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga dalam usaha menyebarkan agama islam di Indonesia khususnya di pulau Jawa, dengan bahasa jawa dan memiliki makna yang sangat dalam pada setiap lirik lagunya.

Lirik Bahasa Jawa :

Lir-ilir.. lir-ilir.. tandure wis sumilir.. Tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar.. Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi.. lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodot iro..
Dodot iro.. dodot iro.. kumitir bedhah ing pinggir.. Dondomono jlumatono.. kanggo sebo mengko sore.. Mumpung padhang rembulane.. mumpung jembar kalangane .. Yo surako.. surak hiyo..

Terjemahan Bahasa Indonesia :

Sayup sayup.. antara waktu tidur dan terbangun.. Tanaman sudah mulai bersemi.. menghijau.. bagaikan gairah pengantin baru.. Sudah waktunya.. anak gembala.. panjatlah pohon blimbing itu.. walaupun licin tetap panjatlah.. untuk mencuci pakaian.. Pakaian yang koyak sisihkanlah.. Jahitlah benahilah.. untuk menghadap nanti sore.. Selagi terang bulannya.. Selagi banyak waktu luang.. Mari bersorak sorak ayo ..

Luar biasa makna yang dikandungnya. Lir ilir = keadaan dimana kita sedang tertidur selanjutnya terjaga untuk bangun. Blimbing = buah dengan bentuk segi 5 melambangkan rukun islam 5 atau sholat 5 waktu. Anak gembala = simbolisasi dari manusia sebagai khalifah atau pemelihara bumi. Pakaian = hati, jiwa & raga kita yang luka dan senantiasa kotor.

Tembang ini merupakan ajakan untuk beribadahlah kepada Allah.. diwaktu yang tepat khususnya bulan ramadhan. Ada yang mau denger tembangnya..? Klik http://www.youtube.com/watch?v=sgaYV77hK00

Ada yang mau kasih komentar atau nambahin.. silahkan aja klik komentnya.

18 September 2007

FATHIA DITA RAMADHANTI


Setiap tanggal 1 Ramadhan selalu saja teringat betapa bahagianya hati ini kala hadirnya sang buah hati untuk yang pertama.

Kala itu hampir 10 tahun yang lalu, menjelang peralihan tahun, tepatnya jam 21.45 tanggal 31 Desember 1997 atau tanggal 1 Ramadhan 1418 H, lewat operasi cecar sang ibu Wati Musilawati melahirkan seorang bayi perempuan dengan berat 2,7 kg di RSB YPK Menteng Jakarta.

Sebagai bentuk tanggung jawab, rasa syukur dan untuk mengenang hari bahagia, ku beri nama bayi itu FATHIA DITA RAMADHANTI.
Makna nama tersebut adalah FATHIA ; diambil dari surat Al Fatihah yakni surat pembuka dengan harapan anak ini akan membuka kehidupan baru yang lebih baik bagi kami berdua, DITA = DIakhir TAhun lahir 31/12/2007, RAMADHANTI = lahir pada hari pertama umat islam menjalankan ibadah puasa 1 Ramadhan 1418 H

Alhamdullilah bayi tersebut sekarang tumbuh menjadi anak gadis yang sehat, sholeha, baik, pandai dan cantik. Demikian doa dan harapan yang selalu kami panjatkan.

12 September 2007

MARHABAN YA MARHABAN


Bulan suci Ramadhan 1428 H sudah tiba. Bulan penuh berkah yang ditunggu-tunggu umat Islam. Bulan tempat umat Islam berlomba-lomba mencari pahala dan mengharapkan keridho’an Allah SWT.

Bulan penuh ujian menahan rasa haus, lapar, sakit, sedih, maupun kecewa. Bulan yang mengajarkan kepada kita agar kita tetap berjuang untuk mencintai hidup ini dan kehidupan kelak nantinya. Akankah kita sanggup mencapai hari kemenangan dengan meraih kelebihan yang datang nantinya. Semoga saja ... Ahlan Wasahlan Ya Ramadhan.
Kepada Guruku, Orang Tuaku, Saudaraku, Sahabatku, dengan ketulusan hati aku dan keluarga ingin mengucapkan “Selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga nilai-nilai agama senantiasa dapat kita jalani dan tingkatkan”

29 Agustus 2007

SRI WISNU NUGROHO AND ANOTHER WORLD



Sri Wisnu Nugroho.. nama itu akrab ditelinga teman-teman semasa SD Manggarai Utara 1 pagi kelas VIA tahun 1974 dan SMPN III Jkt kelas III/1 tahun 1977. Wajahnya dulu masih innocent (belum banyak dosa) he..he. Jika ada yang lupa bisa lihat foto masa kecilnya waktu itu Cipto, Gandhi, Lucki, Rachmat dan Wisnu liburan di Jogja dan foto dirinya gaya jadul (jaman dulu). Jika masih lupa juga info tambahannya adalah Wisnu putra dari Ibu Marstuti salah seorang guru SMPN III Jkt masa itu.
Tanggal 18 Agustus 2007 jam 16.00 di Citrus Café TIS, teman kita ini muncul ditengah teman2 lama yang biasa kumpul yakni ; Cipto, Etna, Lucki, Rieke, Susi dan aku sendiri tentunya. Secara kasat mata memang banyak perubahan dari teman kita ini. Sayangnya Etna gak sempat abadikan wajah Wisnu pada acara ini. Namanya pun berubah lho.. dari Sri Wisnu Nugroho menjadi Wisnu Waluyo. (Adat istiadat orang Jawa suka merubah nama setelah menikah).
Belum 30 menit berlalu ternyata mampu mencairkan keraguan kalau perubahan yang terjadi tidak merubah nilai nilai persahabatan yang ada ketika kita kecil dulu. Maka tidak heran jika pertemuan menjadi berkesan, penuh canda tawa. Cerita diselingi tawa selama 3 jam di Citrus Café tidak mampu menyetop kerinduan dan keakraban, maklum 30 tahun lebih tidak pernah bertemu. Pertemuanpun dilanjut di rumah Rieke dibilangan Cibubur disatu ruangan yang Etna sebut “Ruang Rindu”.
Profesi teman kita ini luar biasa.. dia sedang menekuni pekerjaan jadi “orang pinter”. Panggilan (Hidayah) membawanya untuk mengenal dunia lain (Another World). Dibawah bendera Al Hidayah, Wisnu mampu mengatasi gangguan mahluk halus, ghaib, gendam, pengasihan, pagar badan, masalah kehamilan, ruwatan dll.
Siapa yang tertarik mengetahui dunia lain.. jangan malu dan segan2, untuk menghubungi sahabat kita Wisnu Waluyo di Wonocatur No 19 Gedong Kuning, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta 55198, Telp 0274 783 9430
Pertemuan berakhir jam 24. 00. Baru saja satu kenikmatan hidup bisa kita rasakan bersama.. Bertemu dengan sahabat lama memang indah dan mengesankan, asal kita tahu cara mengisinya.. Rasa bersyukur Insya Allah akan menambah kecintaan kita kepadaNya yang telah menciptakan kehidupan ini.

09 Agustus 2007

MILIH GUBERNUR


Kemarin hari Rabu tanggal 8 Aug 2007, saya sebagai warga Jakarta meluangkan waktu milih Gubernur. Jalan-jalan tampak sepi, karena hampir semua kantor meliburkan karyawannya demi Pilkada.

Tidak banyak pilihan karena calon Gubernur hanya terdiri dari 2 kandidat ; 1) Adang-Dani didukung oleh satu partai yakni PKS 2) Fauzi-Prijanto didukung dua puluh partai. Hasil perhitungan cepat (quick account) cukup mengejutkan, pasangan Fauzi-Prijanto hanya memperoleh suara 57,5% sedangkan Adang-Dani yang didukung 1 partai mampu memperoleh suara 42,5%.

Kabarnya banyaknya juga warga Jakarta yang tidak mendapatkan haknya atau memang sengaja tidak mau menggunakan haknya untuk memilih alias golput. Litbang Kompas memprediksi jumlah golput 33,6%.

Lepas dari pro kontra soal kekurangan Pilkada DKI Jakarta semua berakhir dengan happy ending. Pilkada berlangsung dengan tertib, aman dan cukup demokratif. Tak kalah penting pasangan Fauzi-Prijanto telah menang secara elegan, sedangkan pasangan Adang-Dani kalah secara terhormat.

Bagi kita warga Jakarta yang penting adalah mengawasi, dan menagih janji kepada pasangan Gubernur terpilih Fauzi Bowo-Prijanto. Janji janjinya ; perbaikan di bidang perekonomian, mengatasi kemacetan dan transportasi serta penyelesaian masalah banjir. Pasangan ini juga menjanjikan program pengembangan kesempatan kerja, perlindungan dan pengendalian tenaga kerja, penataan kawasan industri dan pembentukan lembaga mikro di tingkat kelurahan. Awas.. Jangan sampai tekadnya mensejahterakan warga DKI cuma omong doang...

07 Juli 2007

BUAH HATIKU



DITA DAN WESTRI

Senyum simpul manis anakku Dita dan Westri..
Saat kau bergaya didepan kamera..

Canda mesra saat itu kita bersama..
Mengisi waktu libur sekolah.. di Kebun Raya Bogor..
Peluk trus.. gelitiki hati kita.. bernyanyi.. bermain.. berlari.. tiada henti..
Sampai kau terlelap tidur di pangkuan Papah..
Gumamkan nyanyian tentang kasih dan sayang..

Iringi leganya jalan hidup ini.. dari semuanya yg tercipta..
Hanyalah satu temani hidup.. kaulah buah hatiku..

Pandangi semua kemesraan.. taburi hatimu dengan cinta..
Kami selalu ingin dekat denganmu.. juga ingin membahagiakanmu..
Kita satu.. selalu bahagia selamanya..

17 Juni 2007

TEMAN2 SD/SMP RAYAKAN ULTAH ETNA


Hari Senin tanggal 11 Juni 2007 ada SMS masuk dari Etna, “al, ds dll... Kangen nih.. ketemuan yuk jum’at 15 Juni 2007 atau sabtunya.. di Gang Gang Sulai TIS, ada live shownya lho”. Nggak lama saya balas SMSnya ; Kangen.. ktemu.. mlepas rindu.., bcanda dan bnyanyi.. Se7.. lha..! Jum’at ok tuh Bu..!

Setelah teman2 yang lain setuju.. jadilah acara kangen bersama teman lama dimasa SD/SMP berlangsung pada hari Jum’at 15 Juni 2007 di Gang Gang Sulai Tebet Indraya Square (TIS). Teman teman yang datang cukup banyak, ada sekitar 20 orang. Seperti pada pertemuan2 yang lalu keakraban terasa hangat. Canda, tawa, cerita masa lalu, foto mesra bersama, bernyanyi dan berjoget menghiasi keceriaan pada malam itu.

Usut punya usut, ternyata baru tau kalau.. temen kita yang satu ini Etna Salawati Sarwata baru aja Ultah... Pada kesempatan itu kita orang teman2 SD Maut I dan SMPN3 Jakarta mengucapkan "Selamat Ultah.. Panjang Umur.. Diberi Sehat.. Sukses.. Murah Rizki.. dan bahagia selalu...”

Mau lihat fotonya2nya waktu acara. Klik aja di My Photo Album,
atau klik disini
http://s173.photobucket.com/albums/w75/gandhi_album/

15 Juni 2007

SMS KEPADA TEMAN

Sering kita melupakan jaringan teman2 kita, terutama teman2 lama yang jarang lagi kita tegur sapa. Kesibukan telah melarutkan kita pada perjalanan hidup dengan menghadapi apa saja yang datang didepan kita. Jarang lagi kita memikirkan hal2 diluar kebiasaan kita.

Jaringan teman kita kebanyakan terdiri dari teman yang jarang kita tegur sapa lagi. Teman yang hanya kita temui sekali atau dua kali dalam setahun dan tidak cukup untuk menjangkaunya.

Strategi yang dapat kita lakukan adalah pengiriman SMS secara masal kepada semua kontak kita yang ada di handphone kita. Saya coba biasakan meminta nomor handphone kepada teman baru kita dan langsung memasukkan nomornya ke handphone.

Pada hari Lebaran, Natal, Tahun Baru, saya coba kirimkan SMS kepada teman2 semua. Buat SMS yang menarik sebisa kita, jangan memakai tulisan umum atau memforward dari SMS teman. Sebuah originalitas di SMS itu akan mengingatkan orang akan kita.

Kirim kesemua kontak teman2, 100 sms minimal, lebih tentu lebih baik. Saya coba mengirim 100an sms pada Lebaran tahun lalu, dan menghabiskan sehari untuk kontak kontak SMS dengan teman2 lama dan baru yang membalas SMS saya.

Bila ada balasan dari orang yang tidak pernah kita kontak selama tiga bulan terakhir, saya kirim lagi sebuah atau dua SMS untuk menceritakan diri saya atau menanyakan keadaannya. Kirimkan kepada teman sekerja, pada supplier, customers, sanak family, sahabat jauh, orang yang baru kita kenal dikereta api/pesawat, ataupun teman SD/SMP/SMA/Universitas kita dulu yang masih diketahui nomornya.

Kita butuhkan network (teman) sejak dulu, sekarang dan dimasa yang akan datang. Persahabatan (network) harus kita jaga dan pelihara. SMS adalah salah satu strategi mudah yang dapat kita lakukan.


19 April 2007

INACRAFT 2007


The 9th JAKARTA INTERNATIONAL HANDICRAFT TRADE FAIR atau INACRAFT 2007 adalah Pameran Produk Kerajinan terbesar dan terlengkap di Indonesia yang diselenggarakan oleh Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI) tanggal 18 - 22 April 2007 di Balai Sidang Jakarta Convention Center Jakarta.
Penyelenggaraan yang ke-9 (sembilan) kalinya ini secara khusus mengangkat Tema Sentral yaitu “BERSAMA MEMBANGUN JAKARTA SEBAGAI PUSAT PEMASARAN PRODUK KERAJINAN INTERNASIONAL”
Tema ini dicanangkan sesuai dengan kenyataan yang ada karena mengingat Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia yang juga sekaligus menjadi Pintu Gerbang memasuki Wilayah Indonesia untuk berbagai kepentingan yang dilakukan oleh masyarakat internasional.
Demikian pula halnya dengan Produk Kerajinan Indonesia yang berasal dari berbagai daerah (33 propinsi) melalui penyelenggaraan Pameran INACRAFT setiap tahunnya pada bulan April di Jakarta secara langsung maupun tidak langsung telah menempatkan Jakarta sebagai Pusat Pemasaran Produk Kerajinan ke pasar internasional. Disamping itu Produk Kerajinan yang dihasilkan oleh negara lainpun saat ini banyak diperjualbelikan di Jakarta, maka tepat kiranya apabila Jakarta saat ini menjadi Pusat Pemasaran Produk Kerajinan Internasional.
Sejalan dengan hal tersebut diharapkan penyelenggaraan Pameran INACRAFT 2007 akan menjadi peletak dasar dibukanya Jakarta sebagai Pusat Pemasaran Produk Kerajinan Internasional dan diharapkan akan tercipta suatu pasar yang berkesinambungan sehingga dapat menunjang perluasan jangkauan pemasaran produk kerajinan Indonesia.
Oleh karena itu kepada teman teman yang akan menghadiri INACRAFT jika berkenan dan ada kesempatan untuk mengunjungi stand Batik Cirebon “EB BATIK TRADISIONAL” pada pameran ini di Hall A Mitra Binaan Bank BNI No. 6 dan Export Hall BPEN
Selamat berkunjung dan berbelanja di INACRAFT

15 April 2007

PENERBIT DAN KEGIATANNYA



Saya termasuk orang yang cukup senang membaca dan kurang pandai bicara, maka cukup banyak ide, kreativifitas dan unek-unek, dan sayang kalau dilewatkan begitu saja. Lewat tulisan apa saja yang ada dikepala bisa tersalurkan. Kegiatan tulis menulis dapat dijadikan sebuah kegiatan usaha (bisnis). Hasilnya secara ekonomi, sosial dan budaya sangat baik, jika dikelola dengan benar. Dampak sosial yang tidak kalah pentingnya adalah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, jika buku yang dihasilkan adalah buku yang cerdas dan bermutu.
Kebetulan saat ini saya sedang aktif mengelola usaha penerbitan buku peninggalan orang tua. Pekerjaan ini cukup menyenangkan buat saya. Namun demikian kita perlu mengerti apa saja kegiatan usaha penerbitan buku? Ingin tau apa saja kegiatan bisnis penerbitan buku! Berikut saya sampaikan tulisan mengenai kegiatan penerbitan buku, yang saya peroleh dari hasil pelatihan penerbitan buku yang diselenggaran IKAPI beberapa waktu yang lalu.
Penerbit adalah sebuah perusahaan yang memproduksi barang berupa buku yang harus dijual, untuk mendapatkan kembali modal yang sudah dikeluarkan, ditambah keuntungan. Buku adalah produk intelektual, seni, industri, dan ekonomi. Dikatakan produk intelektual, karena isi buku merupakan hasil pemikiran seseorang. Ketika proses penerbitannya pun, diperlukan kegiatan intelektual yang harus dikerjakan oleh Editor. Dikatakan produk seni, karena proses penyuntingan sering dikatakan sebagai kegiatan seni, dan isi buku merupakan karya seni. Demikian pula, ketika memproduksi buku, diperlukan unsur-unsur seni, misalnya dalam desainnya. Buku adalah produk industri, karena tahap produksinya melibatkan berbagai teknologi informasi dan mesin. Buku adalah benda ekonomi, merupakan barang dagangan. Ketika memproduksi buku, dipertimbangkan segi-segi komersial. Penyebaran buku merupakan kegiatan perdagangan.

Kegiatan usaha industri buku, dalam hal ini Penerbit sebagai produsen buku, memerlukan bagian-bagian yang khusus untuk menangani semua tahap penerbitan buku. Secara umum, bagian yang dimaksud adalah ; Bagian Editorial, Bagian Produksi, dan Bagian Pemasaran. Dapat saja, pada berbagai penerbit, nama-nama bagian ini berbeda-beda, tetapi fungsinya hampir sama.
1. BAGIAN EDITORIAL
Bagian Editorial atau Bagian Redaksi bertugas untuk mendapatkan naskah, lalu mempertimbangkannya apakah dapat diterbitkan. Jika akan diterbitkan, bagian ini mengolah naskah agar siap untuk diproduksi menjadi buku. Bagian Editorial ini juga yang banyak berhubungan dengan Pengarang selama proses penerbitan bukunya. Karena berhubungan langsung dengan Pengarang, Editor dapat dikatakan paling mengetahui isi buku dan tahu kepada kelompok pembaca mana buku itu ditujukan.
1.1. Mendapatkan dan Mempertimbangkan Naskah
Kegiatan pertama usaha penerbitan adalah mendapatkan naskah yang layak diterbitkan. Naskah dapat diperoleh dari penulis, pengarang, atau penerjemah yang datang ke penerbit membawa hasil karyanya. Penerbit yang lebih maju, merencanakan buku atau judul apa yang akan diterbitkan, berdasarkan pengamatan jenis atau judul apa yang diperlukan oleh pembaca sasaran. Kemudian penerbit mencari pengarang atau penulis yang tepat dan meminta mereka menulis naskah untuk buku yang direncanakan tersebut.
Bagian Editorial - dalam hal ini Editor Pemeroleh Naskah (Acquisition Editor) - akan menerima naskah tersebut, akan mempertimbangkan apakah naskah itu layak atau dapat diterbitkan. Dalam pertimbangan ini, diteliti apakah naskah itu memuat hal baru yang belum diterbitkan oleh penerbit bersangkutan atau oleh penerbit lain. Bila buku semacam itu pernah diterbitkan, apakah kelebihan-kelebihannya dalam hal muatan bahan, sistematik, dan penyajiannya. Apakah lebih baik daripada buku-buku yang sudah ada? Juga dipertimbangkan, siapa yang akan menggunakan buku tersebut. Apakah memang diperlukan buku baru? Jika sudah terbit nanti, apakah buku akan dapat dijual? Dipertimbangkan juga hal-hal lain yang menyangkut isi, wujud buku, pemakai, harga jual, apakah tepat waktu, dan sebagainya. Penerbit biasa juga meminta bantuan seorang ahli untuk memberikan penilaian terhadap naskah tersebut.
Ada beberapa kemungkinan keputusan, yaitu pertama naskah tidak diterima karena naskah tidak memuat hal baru, atau mungkin sudah ada buku yang serupa, baik diterbitkan oleh penerbit bersangkutan atau oleh penerbit lain. Kedua, naskah diterima dan diputuskan akan diterbitkan.
1.2. Perjanjian Penerbitan
Bila naskah diterima akan diterbitkan, biasanya diadakan perjanjian antara pengarang dan penerbit, yang antara lain memuat penyerahan hak menerbitkan naskah dari pengarang kepada penerbit, serta hak dan kewajiban pengarang maupun penerbit. Perjanjian itu penting untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari, dan menjadi pegangan bagi kedua pihak dalam kerja sama tersebut. Misalnya, Pengarang menyatakan bahwa naskah itu betul-betul karyanya sendiri dan Penerbit bersedia untuk menerbitkan naskah tersebut menjadi buku dalam waktu yang disepakati.
Selain itu, dalam perjanjian itu ditentukan imbalan bagi pengarang yang biasanya disebut royalti, yaitu bagian dari hasil penjualan buku. Pada dasarnya, royalti merupakan imbalan bagi pengarang, setelah buku jadi dan terjual, dalam jangka waktu tertentu. Ada juga penerbit yang bersedia menyelesaikan imbalan dengan cepat, misalnya dengan membayar sejumlah uang tertentu kepada pengarang, apa lagi bila pengarang memintanya. Meskipun ada Surat Perjanjian Penerbitan, hubungan penerbit dengan penga­rang hendaknya berdasarkan saling percaya dan saling mengerti.
1.3. Pengolahan Naskah.
Setelah mendapat naskah yang layak diterbitkan, Bagian Editorial mengolah naskah agar siap untuk dicetak. Kegiatan ini sering disebut penyuntingan atau editing. Bagaimanapun, naskah yang diterima dari pengarang belum tentu sempurna dan siap untuk diperbanyak menjadi buku.
Editor dapat membantu Pengarang dalam segi bahasa, jika Pengarang karena terlalu memusatkan perhatian pada materi naskah, mungkin kurang memperhatikan segi bahasa yang digunakan. Misalnya, dalam pemilihan dan penggunaan kata dan istilah, belum terdapat ketaatasasan atau belum baku. Dapat juga beberapa data atau keterangan perlu diperiksa kebenarannya. Mungkin ada hal yang menyinggung masalah kesopanan, hukum, atau undang-undang negara. Mungkin juga cara penyajian atau sistematika/urutan penyajian dapat diperbaiki. Selain itu diperlukan petunjuk-petunjuk bagi pencetak, bagai-mana penampilan buku yang diinginkan, sesuai dengan calon pembaca dan cara penggunaan buku tersebut. Semua hal tersebut dilakukan oleh Penyunting atau Editor, bekerja sama dan atas pengetahuan pengarang asli. Pada tahap penyuntingan ini, Editor tetap bekerja sama dengan Pengarang, dan segala per-ubahan sebaiknya diketahui dan disetujui oleh Pengarang.
Selain berhubungan dengan Pengarang dalam tahap penyun­tingan, Editor juga dapat memberikan saran-saran dan bantuan pada tahap produksi dan pemasaran buku.
2. BAGIAN PRODUKSI
Bagian Produksi penerbit bertanggungjawab atas produksi atau pembuatan buku dalam bentuk fisik atau wujudnya. Bagian Produksi merupakan penghubung antara Editor dan Pengarang, dengan perancang dan pencetak buku. Jika Penerbit mempunyai perancang buku, ia tergabung dalam Bagian Produksi. Untuk melaksanakan tugasnya, bagian ini bekerja sama dengan Bagian Editorial, dan bila di Penerbit tidak ada perancang buku, penerbit dapat menggunakan jasa desainer atau perancang buku dari luar. Pada beberapa penerbit, Bagian Produksi belanja kertas yang akan digunakan, dan berhubungan dengan pihak-pihak luar yang membantu dalam produksi buku. Pihak-pihak luar itu misal­nya perusahaan setting, reprografi, separasi warna, dan sebagai-nya. Bagian Produksi jugalah yang menghubungi dan ber-negosiasi dengan pencetak. Bagian Produksi bekerja sama dengan pencetak dan mengikuti seluruh proses pembuatan atau produksi buku di pencetak.
Berdasarkan jenis dan banyaknya pengerjaan proses, Bagian Produksi menghitung perkiraan biaya produksi. Bila perlu, dilaku­kan penyesuaian-penyesuaian cara pengerjaan, misalnya jika perlu penyesuaian biaya yang akan mempengaruhi harga buku.

2.1. Perancangan Bentuk Buku.
Jika proses penyuntingan selesai, atau dapat juga secara bersamaan, Bagian Produksi mulai merancang buku. Perancang menentukan bagaimana bentuk buku nanti. Bersama dengan perancang buku, ditentukan bentuk, ukuran, tata letak, ilustrasi, tebal, cara penjilidan, pemakaian jenis dan ukuran huruf untuk berbagai bagian buku, serta kertas sampul dan isi. Wujud buku selain indah, juga harus efektif menyampaikan isi buku, dan efisien.
Kemudian naskah dan desain buku dikirimkan ke pencetak untuk diproduksi. Pencetak belum tentu merupakan bagian dari penerbit bersangkutan. Tidak semua penerbit mempunyai pen­cetak sendiri. Banyak penerbit yang tak memiliki pencetak, mencetak bukunya di pencetak.
2.2. Produksi Buku
Di pencetak, naskah mengalami berbagai tahap pengerjaan. Tahap-tahap itu biasa disebut tahap pracetak, tahap pencetakan, dan tahap penyelesaian. Pertama-tama ialah yang disebut penyusunan huruf atau setting. Naskah, yang biasanya merupakan ketikan mesin tik atau komputer dengan huruf mesin tik, dicetak menjadi huruf-huruf cetakan buku yang lebih bagus dan sesuai dengan isi buku dan pengguna buku. Untuk berbagai bagian buku, digunakan huruf khusus, misalnya untuk judul bab digunakan huruf yang lebih besar. Untuk menonjolkan suatu kata, istilah, atau kutipan, digunakan huruf tebal, huruf miring, atau huruf kurus. Ukuran lebar baris, jarak antarbaris, jarak antarparagraf, indentasi, pengoloman, dan jumlah baris per halaman pun diterapkan pada tahap setting ini. Besar dan jenis huruf pun ditentukan oleh Editor bersama perancang buku. Hasil setting dipe,riksa oleh korektor, kalau-kalau ada kesalahan, disesuaikan dengan isi naskah asli yang telah diedit. Setelah dikoreksi, hasil setting diperbaiki sehingga bebas dari kesalahan-kesalahan. Tahap selanjutnya ialah lay-out atau paste-up, yaitu penyusun­an hasil setting, digabung dengan ilustrasi, tabel, dan grafik, menjadi halaman-halaman buku. Biasanya buku dicetak tidak satu-satu atau dua halaman, tetapi empat, delapan, bahkan adayang enam belas halaman sekaligus pada mesin dan lembaran kertas besar.
Jadi perlu disusun lembaran-lembaran cetak yang terdiri dari jumlah halaman sesuai dengan ukuran kertas dan mesin. Pekerja-an tersebut biasa disebut imposisi. Dengan menggunakan lembaran plat cetak, lembaran halaman-halaman tersebut dicetak pada mesin cetak, yang meng-hasilkan lembaran kertas bercetak. Lembaran cetak tersebut, yang biasa dinamakan katern, kemudian dilipat-lipat sehingga diperoleh ukuran sebesar halaman buku jadi, dengan urutan halaman yang berurut. Lembaran-lembaran besar yang telah dilipat tadi kemudian dikomplit, disusun menurut urutan halaman isi buku agar diperoleh susunan isi buku lengkap, yang kemudian diberi jilid. Jilid buku biasanya dicetak di atas kertas jilid yang lebih tebal dan lebih bagus. Setelah dijilid, buku dirapikan, dipotong tiga sisinya sehingga diperoleh buku jadi. Begitu selesai dicetak, buku semuanya diserahkan ke penerbit, dan pencetak dibayar atas jasanya mencetak buku tersebut.
3. BAGIAN PEMASARAN
Setelah buku selesai dicetak, buku diurus oleh Bagian Pemasaran; ada juga yang menyebutnya Bagian Penjualan, atau Bagian Distribusi. Secara garis besar, kegiatan Bagian Pemasaran meliputi promosi, distribusi, dan penjualan. Bagian Pemasaran-lah yang bertugas memperkenalkan buku kepada masyarakat, lalu mengirimkannya ke tempat-tempat penjualan atau melalui penyalur/distributor, ke penjual eceran misalnya toko buku. Dengan demikian buku dapat dibeli, kemudian dimanfaatkan oleh pembaca atau penggunanya.
3.1. Promosi.
Pengenalan buku kepada masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya mengirimkan contoh kepada orang-orang yang dapat menganjurkan pemakaiannya. Dapat juga dengan mengirimkan contoh buku ke perpustakaan-per-pustakaan, ke toko buku, ke sekolah, serta ke media massa untuk dibuat tinjauan atau resensinya. Dapat juga dilakukan melalui media cetak, misalnya diiklankan dalam media massa atau dengan selebaran dan poster atau spanduk. Bentuk-bentuk pro-mosi lain di antaranya pameran buku, peluncuranbuku, diskusi atau bedah buku, temu pengarang, dan pameran buku. Selain memberitahu dan mengenalkan masyarakat terbitnya buku baru, tentu saja promosi juga membujuk masyarakat agar membeli buku tersebut. Antara lain dengan mengungkapkan manfaat buku serta kelebihan buku dibandingkan dengan buku lain.

3.2. Distribusi dan Penjualan
Bagian Pemasaran juga mengurus pengiriman buku ke tempat-tempat penjualan. Pengiriman itu dapat dilakukan dengan sarana sendiri, dapat juga melalui jasa-jasa pengiriman umum, misalnya pos, perusahaan pengiriman barang, atau kereta api. Ke mana buku dikirimkan? Tentu saja buku tertentu dikirimkan ke tempat-tempat penjualan sesuai dengan pembaca sasaran. Sekarang buku tidak hanya dijual di toko buku. Beberapa jenis buku dapat juga dijual di bukan toko buku. Misalnya buku bacaan anak-anak dijual di toko serba ada; buku bisa dijual di kios di stasiun, di pasar swalayan, di hotel, di pinggir jalan. Bahkan buku-buku yang bagus dan mahal, biasa dijajakan langsung dari kantor ke kantor, dari rumah ke rumah, di pameran buku, dan sebagainya.
Dalam hal menjual buku ini penerbit mempunyai mitra, yaitu para penyalur atau distributor buku dan toko-toko buku. Jadi, bila ada penerbit yang menjual langsung buku-bukunya ke sekolah, penyalur dan toko buku terlampaui. Murid-murid pun yang hanya membeli buku pelajaran di sekolah, tidak melihat buku-buku lain yang bagus dan menarik, yang banyak terdapat di toko buku. Jadi, sebaiknya penerbit mempromosikan atau memperkenalkan bukunya ke sekolah-sekolah, tetapi murid dianjurkan membeli buku di toko buku sehingga dapat melihat dan menemukan buku-buku lain. Di luar negeri, buku juga dijual melalui book club. Di Indonesia pun, sudah ada usaha semacam itu, meskipun belum berjalan sebagaimana diharapkan. Sebagian besar diselenggarakan oleh Penerbit dengan menjual buku-buku terbitan Penerbit itu sendiri.
4. KERJASAMA ANTAR BAGIAN
Di antara kegiatan-kegiatan ketiga bagian tersebut, harus ada kerja sama. Bagian Editorial selain berusaha menerbitkan naskah yang bermutu menurut pendapatnya juga harus mendengar dari Bagian Pemasaran, buku-buku apa yang diinginkan atau diperlu-kan masyarakat. Bagian Produksi yang merencanakan buku harus mendengar juga dari Bagian Pemasaran, berapa harga buku yang mampu dibeli oleh pembaca atau pengguna sasaran. Bagian Produksi tidak dapat membuatbuku tanpa mendengar saran-saran dari Bagian Editorial maupun Bagian Pemasaran. Bagian Editorial yang mengetahui benar isi buku dan siapa penggunanya berdasarkan keterangan dan petunjuk pengarang, dapat membantu Bagian Pemasaran menyarankan kepada siapa buku harus diperkenalkan dan bagaimana cara-cara promosi dan penjualannya, tidak hanya menyimpan buku di toko buku.
Demikianlah gambaran tentang penerbit buku dengan kegiatanya. Tentu saja, bergantung kepada besar-kecilnya penerbit, ada perbedaan-perbedaan dalam organisasi, struktur, dan cara kerjanya. Namun, pada dasarnya pada semua penerbit ada fungsi editorial, fungsi produksi, dan fungsi pemasaran, di samping tentu saja, fungsi administrasi, keuangan, dan bisnis.

05 April 2007

KEINDAHAN DAN KENIKMATAN ITU SEDERHANA



Tanggal 02 April 2007, Jam 08.40, saya baru saja terima SMS dari Mahasta Bembi teman lama waktoe sekolah di SMP. Isi SMS “Undangan rapat Ikatan Alumni SMPN 3 Jkt, Jum’at tgl 06 April 07, jam 14.00, di Gd Cawang Kencana Jl. Soetoyo 22 Jakarta Timur”. 

Terbayang teman teman SMP tempo doeloe yang sudah lebih 30 tahun tidak pernah bertemu, dan terlintas banyak kenangan indah ketika SMP dulu. Ada kenangan, ada kepolosan, ada kekompakan, ada kegembiraan dan ada kesederhanaan yang tersimpan menawan disana.

Semangatnya waktu berangkat sekolah naik becak atau sepeda, cerianya main volley/ basket/ pingpong, enaknya jajan bakso dan es dibelakang sekolah, dan gembiranya waktu ngobrolin teman2 cewek. Adakah hal2 kecil seperti itu masih bisa kita rasakan? Apakah "inner joy" kita masih bisa bersorak sorai seperti dulu, ataukah sudah tidak ada lagi "keceriaan nurani" ini dalam kehidupan kita sekarang? 

Sekarang kita sering merasakan hanya puas pada kesuksesan, keberhasilan yang hingar bingar, keuntungan yang berlimpah. Tapi pernahkah kita menikmati keindahan pada hal2 yang sederhana.

Kehidupan bukanlah hanya berisi sederetan rekor kesuksesan dan tonggak tonggak sejarah, tetapi juga berisi rentetan kesederhanaan yang indah dan penuh arti.

Ada seekor cicak yang sedang kasmaran dan mengejar betinanya, ada daun kuning jatuh dari pohon besar, ada pula segelas air putih yang terasa nikmat sekali.

Kenikmatan itu murah, kalau kita tau bagaimana cara menikmatinya. Kita tidak perlu tersandera oleh dogma kehidupan yang harus mendewakan harta dan materi. Tapi merasakan rasa indah dalam kesederhanaan yang ada.

Mungkin telah terjadi puluhan kali hal kecil yang indah yang kita lalui hari ini, tetapi mata kita sering tertutup pada satu proyek yang tidak juga goal itu... Mengapa tidak mencoba membuka mata kita? Kita bagaikan orang yang berada didalam bus yang melewati jalan2 yang luar biasa indah pemandangannya, tetapi kita tutup gorden penutup jendela bus, sehingga apapun tidak terlihat dari dalam.

Rasakan apapun yang kita lalui, karena hidup ini cuma perjalanan saja. Dan bagaimana kita memilih cara kita memandang hidup ini, adalah hak kita sendiri. Cobalah menikmati kesederhanaan keindahan itu dan menjalani dengan penuh rasa.

Semoga ini dapat menggugah kita untuk lebih mengenali lagi keindahan kecil yang bisa kita lalui dan sering lupakan dalam hidup ini.

23 Maret 2007

INDUSTRI RAKYAT DI CIREBON



Tulisan ini disusun 1,5 tahun yang lalu, waktu saya memutuskan untuk berhenti pada usaha Mebel Rotan di Cirebon. Tulisan ini pernah dimuat Koran Radar Cirebon. Tulisan lengkapnya sebagai berikut :
Dua pekan yang lalu saya diajak rekan bisnis yang bergerak dibidang Batik Cirebon, berkunjung ke kantor Mark Plus. Gedung tujuh lantai yang terletak dikawasan Segitiga Emas Business Park CBD B 01/01 Jl. Prof Dr Satrio Kav 6 Jakarta merupakan markas besarnya Mark Plus & Co. Mendengar Mark Plus sebagian pengusaha Indonesia pasti mengenal siapa aktor dibelakangnya. Hermawan Kartajaya pakar marketing yang sudah tidak asing lagi. Pertemuan dengan orang Surabaya yang kini dijuluki sebagai salah seorang dari 50 guru marketing kelas dunia sekaligus pimpinan puncak MarkPlus & Co ini begitu akrab, santai namun mengena.
INDUSTRI RAKYAT BERORIENTASI EKSPOR
Sebagai pengusaha yang mengais rejeki di Cirebon kami berdua bercerita bagaimana industri daerah mampu memberikan nafkah bagi ratusan ribu masyarakat sekitarnya. Berbagai industri kerajinan rakyat, sejak puluhan bahkan ratusan tahun lalu tumbuh subur di Cirebon mulai dari kerajinan rotan, batik, sandal, gerabah, pande besi, gula, makanan kering, hingga mainan anak-anak yang sebagian besar berorientasi ekspor. Namun demikian industri yang menjadi gantungan hajat hidup rakyat banyak, satu persatu mulai ambruk karena tidak mampu bersaing dengan pasar global.
INDUSTRI kerajinan tangan rakyat di Cirebon secara ekonomi tidak bisa dianggap enteng. Industri rotan di Tegalwangi, Kecamatan Plumbon, misalnya, merupakan industri padat karya yang mampu menyerap lebih dari 400.000 tenaga kerja, termasuk tenaga kerja yang terserap sektor pendukungnya seperti transportasi, akomodasi dan konsumsi.
Sebelum diterpa banyak masalah industri mebel dan kerajinan rotan di Tegalwangi, Cirebon, rata-rata mampu mengekspor 1.500 kontainer per bulan ke berbagai negara di Eropa, Amerika, Asia dan Australia. Jika rata-rata berat per kontainer sekitar 3 ton dijual dengan harga sekitar 8.000-9.000 dollar AS per kontainer, berarti kontribusi ekspor rotan Cirebon sekitar 13,5 juta dollar AS setiap bulan atau Rp 135,5 milyar dengan kurs Rp 10.000 per dollar AS. Pendapatan yang sungguh sangat besar untuk ukuran wilayah setingkat Kabupaten.
Akan tetapi setelah banyak masalah menghadang, kemampuan ekspor kerajinan rotan turun menjadi berkisar +/- 500 kontainer saja per bulan. Berbagai masalah menghadang industri rotan Cirebon, mulai dari sulit dan mahalnya bahan baku, meningkatnya biaya produksi (ekonomi biaya tinggi), sepinya order (market) hingga harga jual yang semakin merosot.

Tahun 1995 mebel rotan Cirebon masih bisa bersaing dengan mebel rotan produksi China, tetapi sekarang China tak bisa disepelekan. Dari sisi desain dan kualitas, mereka tak kalah dari produk kita, sementara harganya bisa jauh lebih murah dari produk mebel rotan Cirebon. Padahal Indonesia menguasai sekitar 80 persen bahan baku rotan dunia. Dengan dibukanya kran ekspor bahan baku rotan oleh Pemerintah dikuatirkan industri mebel Cirebon akan semakin terpuruk.

Kebijakan menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), ikut menambah beban derita industri mebel rotan Cirebon. Meningkatnya harga bahan baku rotan, upah tenaga kerja, bahan finishing, dokumen ekspor dan biaya overhead lainnya tak mampu menahan tingginya harga pokok produksi mebel rotan Cirebon. Belum lagi beban bunga bank serta pungutan pajak dan retribusi daerah menjadikan harga jual produk mebel rotan Cirebon semakin tidak mampu bersaing dengan negara produsen lainnya.

Kekuatiran Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ir Soenoto perihal ambruknya industri mebel atau furnitur di Indonesia dalam waktu kurang dari lima tahun ke depan menjadi pembahasan kami dengan Pak Hermawan Kartajaya.
Mendengar situasi dan kondisi tersebut pakar marketing ini berpendapat bahwa “Melimpahnya Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) di negeri kita mendorong pengusaha kita agar lebih kreatif menciptakan atau membuat produk yang kemudian menjualnya ke pasar. Namun kelemahan yang tidak disadari pengusaha kita dalam berdagang adalah masih bersifat production oriented belum kepada market oriented apalagi customer-centric.

GLOBALISASI DAN TEKNOLOGI MENDORONG PERUBAHAN
Globalisasi dan teknologi sering juga disebut sebagai penyebab situasi persaingan usaha mendadak jadi kacau balau (chaostic). Menurutnya Globalisasi sendiri sebenarnya bukan barang baru, sejak dulu para pedagang sudah berpergian ke luar negeri bahkan luar benua untuk menawarkan produk dagangannya. Ingat jalan sutra (Silk Road). Indonesiapun dijajah Belanda, karena disini banyak rempah-rempah yang merupakan komoditi langka di Eropa. Hanya masalahnya, globalisasi pada waktu itu berjalan sangat pelan. Namun dengan adanya teknologi informasi yang demikian hebat maka globalisasi jadi menghebat. Kenapa? Karena informasi jadi transparans. Dengan demikian, perbedaan harga bisa cepat diketahui. Begitu juga dengan perbedaan kesempatan yang ada diberbagai tempat bisa cepat diperbandingkan.
Karena itu, perdagangan dan investasi mendadak saja jadi mengglobal. Orang dengan mudah memanfaatkan informasi yang mudah dan murah tersebut untuk berdagang kemana saja dan melakukan investasi dimana saja. Pokoknya untung. Apalagi lembaga dunia yang punya “global govermence power” juga ikut campur untuk menghapuskan segala macam hambatan. Walaupun pemerintah lokal ingin melindungi pasarnya, tapi lama-kelamaan pertahanan jebol juga.

Dalam situasi seperti itu, perusahaan-perusahaan biasanya punya proses kerja dengan berorientasi pada produksi, penjualan atau paling-paling pemasaran sesuai dengan situasi persaingan masing-masing. Ketika situasi persaingan masih stabil, maka perusahaan akan product-oriented. Pokoknya, membuat barang atau jasa dengan harga semurah-murahnya. Efisiensi jadi panglima. Bagaimana dengan kebutuhan dan kemauan pasar? Itu tidak terlalu perlu, karena pasarnya toh belum “pintar”.

Ketika globalisasi mulai berjalan, biasanya sudah mulai terjadi perubahan atau change yang diskontinue. Inilah yang ia sebut sebagai situasi persaingan njelimet atau sophisticated. Yang membuat perubahan itu makin surprise terjadilah situasi persaingan yang disebut chaos (kacau balau).

Lantas bagaimana dengan teknologi? Teknologi sudah menjadi primary force of change dari waktu ke waktu. Dan teknologilah yang selalu mendorong globalisasi. Lihat saja waktu revolusi industri terjadi. Produksi jadi berlebih lebihan, maka harus diekspor, karena akan mubazir bila dibiarkan.

Apalagi dengan adanya teknologi informasi yang memungkinkan munculnya informasi yang lebih cepat dan tepat, kemana barang itu mesti dibawa, dan juga dimana sebaiknya barang itu mesti dibuat.

Karena itu globalisasi dibidang perdagangan dan investasi itu memang jadi tumbuh hebat dengan adanya teknologi informasi. Disamping itu, teknologi informasi sudah jadi makin murah ketika pembuatannya mulai dilakukan dimana-mana. Jadi globalisasi dan teknologi memang saling memperkuat satu sama lain.

Pada kesempatan terakhir saya berharap kepada Pak Hermawan agar dapat menyempatkan diri berkunjung ke Cirebon untuk berbagi ilmu dan pengalaman dengan teman teman pengusaha didaerah dalam rangka mempertahankan industri rakyat yang berpihak kepada keadilan, kemakmuran untuk bangsa negara kita tercinta. Jangan biarkan anugrah yang sudah diberikan oleh Yang Maha Pencipta berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah menjadi duka nestapa karena ketidakmampuan kita untuk mengelolanya.

19 Maret 2007

MELIHAT ADALAH MENGHARGAI



Tulisan ini terinspirasi setelah membaca buku konsep pemasaran Pak Hermawan Kartajaya. Begini ceritanya.
Saya termasuk dari kebanyakan orang yang takut pergi ke dokter gigi. Maklum ingat dokter gigi jadi ingat betapa ngilunya waktu gigi dibor. Terbayang sudah desingan bunyi mata bor berputar ketika ditempelkan pada gigi yang sakit. Aduuuh ....! Sereeemm! Kalau tidak karena gigi ini ada yang bolong, dan merasakan sakitnya luar biasa tidaklah mau saya pergi ke dokter gigi.
Dengan terpaksa saya pergi ke teman karib yang punya profesi sebagai dokter gigi. Nama lengkapnya drg Heru Purwanto MARS. Lokasi prateknya mudah dicari dan strategis, dilingkungan praktek dokter bersama, dibelakang Apotik Ciremai di jalan Siliwangi Cirebon.
Pada saat dirawat, drg Heru minta saya untuk memegang kaca cermin. Tujuannya? Supaya saya dapat melihat apa yang dikerjakannya. Awalnya saya ogah. Lebih baik tidak melihat sama sekali. Merem tidak melihat rasanya akan lebih baik! Namun akhirnya saya jadi berani untuk melihat dan terbiasa. Kenapa? Karena lewat kaca tadi saya jadi tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Saya jadi tidak takut lagi! Justru karena langsung melihat itulah saya jadi menghargai apa yang dikerjakannya.
Kesan saya, jadi dokter gigi itu cukup susah. Pertama, harus memandang mulut orang yang bau. Kedua, harus telaten dalam melaksanakan pekerjaannya. Ketiga, dia mesti punya pengetahuan yang cukup tinggi, karena harus lulus dari perguruan tinggi dibidang kedokteran gigi. Istimewanya lagi, selama dirawat saya diajak ngobrol. Tentang apa? Ya macam-macam, dari urusan anak balita, ABG sampai orang tua. Hobinya pak dokter dari olah raga sampai olah vocal. Maklum dia dokter gaul yang suka nyanyi dan berani pentas didepan umum. Pendek kata drg Heru Purwanto dokter gaul yang cukup popular di kota Cirebon. Asik juga!
Sikap dan perilakunya cukup ramah dalam menghadapi pasiennya, maka konsumen seperti saya jadi lekas merasa puas. Rasa takut berubah jadi rasa aman dan nyaman. Selain itu, saya jadi bisa menghargai nilai (value) dari pekerjaannya. Itulah yang dinamakan delivering customer value by showing the servise performance. Artinya nilai tambah yang diberikan kepada pelanggan dengan memperlihatkan pelayanan yang baik.
Hal yang sama juga terjadi kalau kita makan di restoran Jepang, terutama di Tempayaki. Disitu kita tidak sekedar makan, tapi juga melihat atraksi. Kokinya pasti akan akan memperlihatkan kebolehannya memasak. Bukan cuma untuk memasak, tapi juga menjelaskan jenis-jenis daging, sayur bahkan bawang yang digunakan. Dia juga selalu menanyakan kepada kita tentang tingkat kematangan dagingnya. Selama menyiapkan menu, dia akan mengajak ngobrol. Tentang apa? Tentang apa saja yang anda mau. Tentu saja selama dia bisa menjawab.
Hal serupa tapi tak sama juga terjadi kalau kita membawa sepeda motor ke bengkel Honda. Para montir disitu diajarkan untuk selalu memperlihatkan bagaimana mereka bekerja. Karena itu, bengkel harus selalu dijaga kebersihannya. Dengan melihat bagaimana si montir bekerja, si konsumen jadi puas. Kenapa? Dia bisa melihat bagaimana ketrampilan si montir. Selain itu juga bisa menyaksikan keaslian suku cadang yang dipasang pada sepeda motornya.
Ketiga contoh ini adalah adalah kejadian sehari hari yang biasa terjadi di mana-mana. Tapi mengandung sebuah pelajaran yang berarti. Bahwa pelayanan atau servis memang sesuatu yang abstrak dan sulit dimengerti. Dan karena sulit dimengerti, susah pula dihargai.
Kalau konsumen diberi kesempatan untuk melihat bagaimana servis itu dikerjakan, maka berarti ada satu dimensi lagi yang ditambahkan. Bukan suma hasil (result) yang dijual, tapi juga proses (process).
Dalam hal dokter gigi tadi, proses pekerjaan merawat gigi diperlihatkan dan diperhatikan. Dalam hal koki masakan Jepang adalah proses memasaknya. Sedangkan pada montir tadi adalah pelayanan melakukan perbaikan sepeda motor.

14 Maret 2007

HAPPY BRITHDAY MY WIFE


Setiap manusia dilahirkan dengan kelengkapan perasaan, ada suka ada duka, ada cinta ada benci, ada manis ada pahit, ada kebahagiaan dan ada kesedihan.

Cinta melahirkan anak-anak yang cantik dan sholeha, lihat Fathia Dita Ramadhanti, Fadhlina Dwipawestri. Cintapun mampu menjadikan seorang istri menjadi pandai, kuat dan tegar menghadapi kerasnya tantangan hidup.

Ketika kita mengejar sukses dan kebahagiaan, sering kita terperangkap dan terjebak pada hutan liar. Cinta bisa menimbulkan kebencian, kemarahan dan kemurkaan.

Kesedihan adalah saudara kembar kebahagian, tak ada arti tawa bila tangis tidak kita lalui. Betapa sering rasa bahagia dan tangis kita rasakan. Hidup penuh dengan semua hal itu dan terjadi pada semua orang.

Ketika kita sudah mulai dapat merangkul kesedihan tanpa menyalahkan, maka secara perlahan kita mampu mengupas duka sehelai demi sehelai dan menjadikannya rasa syukur dan suka cita. Cinta melahirkan kebesaran dan keagungan. Cinta yang agung salalu menyentuh kita dan menitikkan air mata haru.

Kupu2 hanya akan datang sendiri saat kita diam dan termenung menikmati kesedihan kita. Karena ketika ketenangan menjenguk kita, semua akan terlihat lebih terang, tanpa perlu menyilaukan.

Kata Khalil Gibran : Kebahagiaan adalah kesedihan yang telah terbuka kedoknya. Tawa dan tangis berasal dari mata air yang sama.

Cinta melahirkan keajaiban, suka duka datang sebagai saudara kembar, yang silih berganti menjenguk kita, menemani kita dan membesarkan diri dan jiwa kita.

Nikmatilah apapun yang datang dan menjenguk kita. Arti terbesar hidup ini pada akhirnya adalah perjalanan hidup ini sendiri. Tidak ada tujuan akhir, yang ada hanyalah sebuah perjalanan panjang yang harus kita nikmati.

42 tahun kamu lalui hidup ini. 14 tahun kamu lalui bersamaku, 10 tahun kita lalui hidup bersama Dita, Westri. Perjalanan panjang yang harus kita nikmati dan syukuri.

Tidak ada kebencian, tidak ada penyesalan, tidak ada pengurbanan, yang ada hanyalah rasa syukur yang dalam dan cinta tanpa batas waktu.

HAPPY BIRTHDAY WATI MUSILAWATI

DITA, WESTRI, GANDHI

HIDUP INI PERJALANAN


"Ruar Biasa.." tulisan Pak Tanadi Santoso.. Maknanya sungguh dalam, ditulis dengan gaya bahasa yang biasa2 saja, sederhana, namun terasa indah untuk dibaca dan dirasa. Terinspirasi dari tulisan Pak Tanadi, maka pengen rasanya bisa berkarya sepertinya. Trims pak TS. Berikut tulisan Pak TS

Hidup ini adalah perjalanan. Ujungnya adalah kuburan. Satu satunya energi yang bisa membuat hidup jadi berarti, adalah Cinta.

Cinta terbesar adalah cinta akan kehidupan ini secara seutuhnya. Mencoba menyadari akan segala rasa ; kesedihan dan kesakitan dan kekurangan dan kekecewaan ini. Dan tetap mencintai kehidupan ini. Kekurangan itu ada dan selalu akan ada, dan akan membuat kita lebih menghargai kelebihan yang datang nanti.

Llihatlah kolom2 berita kematian di koran, ada yang tua dan sudah waktunya berpulang, ada pula yang masih muda perkasa. Ada sebuah rasa bersyukur saya masih hidup dan bernafas dan sehat, ini adalah anugerah yang mesti kita syukuri.

Ambisi dan keinginan maju adalah kewajaran dan bukan sebuah dosa. Kemauan untuk menang dalam bersaing adalah sebuah kenormalan hidup. Tetapi kitapun mesti menyadari bahwa tidak semua kemenangan dan segala sesuatu yang kita dapatkan "lebih" itu akan membuat kita bahagia.

Lebih banyak uang, lebih kaya, lebih cantik, lebih banyak koleksi Louis Vuitton, lebih perkasa, lebih tampan, lebih keren mobilnya... dan seterusnya adalah kekosongan yang berkepanjangan tanpa Cinta.
Lebih cinta akan kehidupan ini adalah satu satunya "lebih" yang berguna. Bekerja dengan cinta akan membawa kebahagiaan dan berkah, walau mungkin bukan sebuah kenikmatan berlebih atau bahkan kemapanan hidup.

Apa yang akan terjadi dengan hari esok adalah milik Langit dan Matahari. Kita harus syukuri dan nikmati hari ini. Dan berusaha dengan sepenuh hati, jiwa dan pikiran. Hidup adalah perjalanan, dan Cinta adalah Keajaiban.