13 Agustus 2008

BELAJAR DARI KESULITAN HIDUP


Masih segar dalam ingatan saya, kemarin sore sehabis pulang kerja, rekan Etna dan Yumai ngajak makan sambil ngobrol di Pasar Festival Kuningan Jakarta. Sambil menikmati Mie Bakso Spesial GM, topik hangat yang muncul adalah soal makin banyak orang terbenam dalam kesulitan hidup.

Banyak pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Kenapa ya cari uang saat ini makin susah saja. Guna memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan papan, pusingnya 7 keliling. Sementara biaya pendidikan anak-anak makin membengkak. Cobaan apa lagi, jika ada anggota keluarga sampai ada yang jatuh sakit hingga harus dirawat di Rumah Sakit. Andai hati sudah lelah untuk bersabar dan otak mulai tidak mampu berpikir jernih maka rasa cinta kasih mulai hilang hingga keharmonisan hidup berumah tangga bakal jadi taruhannya. Ujungnya hancur lebur semua cita dan cinta yang sudah lama dibangun dengan susah payah.

Setiap orang punya pengalaman dalam menghadapi kesulitan hidup. Saya jadi teringat dengan cerita tentang “Seekor Keledai” Semoga ilustrasi cerita ini dapat kita jadikan wacana dalam menyikapi kesulitan hidup.

Ceritanya begini ;
Suatu hari seekor keledai milik seorang Petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan tersedu-sedu selama berjam-jam. Pak Tani berpikir, apa yang bisa dia lakukan untuk menolongnya. Atas pertimbangan keledai miliknya bodoh, malas, tidak kreatif dan selalu menjadi beban hidup Pak Tani maka diputuskannya untuk mengubur hidup2 sang keledai.

Pada saat mengetahui niat Pak Tani, untuk menghabisi sang keledai, maka pecah raungan tangis sang keledai yang semakin menjadi. Kematian sudah dekat didepan matanya. Namun apa yang terjadi. Adakah keajaiban disana.

Setelah beberapa sekop tanah dituangkan ke dalam sumur, sang keledai mulai berpikir dan berusaha untuk menyelamatkan hidupnya. Walau punggungnya terus ditimpa bersekop-sekop tanah dan kotoran, sang keledai melakukan sesuatu dengan mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu ia menaiki tanah itu. Pak Tani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, sementara sang keledai dengan tekun terus berusaha menguncangkan badannya dan melangkah naik. Hup.. ternyata sang keledai berhasil loncat dan lepas dari maut..! Alhamdulillah serunya..

Dari ilustrasi cerita tersebut dapat kita tarik pelajaran bahwa ”Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi kita untuk tumbuh dan berkembang”. Jadi sebenarnya kesulitan hidup bukanlah akhir dari segalanya, melainkan justru permulaan bagi kita untuk naik ke taraf kehidupan yang lebih baik. Ada kesempatan bagi kita untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang lebih baik.

Sesungguhnya Tuhan menganugerahkan kepada kita semua kemampuan dan kekuatan untuk bertahan dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan yang sering kali sampai pada batas-batas daya tahan kita sebagai manusia. Namun jika kita tetap bisa bertahan dan memiliki keyakinan yang kuat, kita pasti dapat menahan dan keluar dari penderitaan itu.

Untuk menutup tulisan ini salah satu tokoh idola saya, yaitu Mahatma Gandhi berkata bahwa ; “Bimbingan Tuhan sering muncul saat cakrawala dalam keadaan paling gelap”.

Tidak ada komentar: